Menghidupkan Pendidikan Berbasis Cinta di Madrasah: Kemenag Gresik Gelar Penguatan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)

Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai jalan ketiga di antara kurikulum tekstual dan hidden curriculum. Menurutnya, KBC bukan semata soal materi pembelajaran, melainkan paradigma pendidikan yang menempatkan cinta sebagai fondasi utama.

Pada Rabu, 24 September 2025, Aula Al Ikhlas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik menjadi saksi momentum penting dalam dunia pendidikan. Para Pengawas Madrasah, Kepala Madrasah, dan Guru ASN berkumpul untuk mengikuti kegiatan Penguatan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Sebuah kurikulum yang menjadi terobosan dala dunia pendidikan yang mengedepankan nilai kemanusiaan, keteladanan, dan kasih sayang. Kegiatan ini sekaligus menjadi komitmen nyata Kemenag Gresik untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter luhur.


Acara dibuka oleh Plt. Kepala Kantor Kemenag Gresik, M. Ali Faiq, S.Sos.I., M.H.I. Dalam sambutannya, Ali Faiq menekankan pentingnya menyambut perubahan kurikulum. Menurutnya, kurikulum baru harus menjadi wadah untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, dan karakter generasi muda. Ini bukanlah sekadar penyesuaian, melainkan langkah strategis untuk menjawab tantangan zaman demi pendidikan yang lebih relevan dan humanis.


Sesi inti yang paling dinantikan diisi oleh Prof. Dr. Nur Syam, M.Si., Penasihat Ahli Menteri Agama RI. Beliau memperkenalkan KBC sebagai jalan ketiga di antara kurikulum tekstual dan hidden curriculum. Sebuah pendekatan pendidikan yang menempatkan cinta sebagai fondasi utama. KBC bukanlah sekadar materi, melainkan paradigma yang menuntut guru untuk tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, keteladanan, dan kepedulian. Ini adalah pendidikan yang menyentuh hati, bukan hanya kepala.


Prof. Nur Syam menjelaskan bahwa tujuan KBC adalah melahirkan insan paripurna melalui empat pilar utama. Pertama, Humanis, yaitu pribadi yang memanusiakan sesama dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan. Kedua, Naturalis, sosok yang jujur dan harmonis dengan alam. Ketiga, Nasionalis, insan yang mencintai bangsa dan negara sepenuh hati. Keempat, Toleran, pribadi yang menghargai perbedaan dan menolak segala bentuk kekerasan. Empat pilar ini dirancang untuk menciptakan generasi yang utuh dan berakhlak mulia.


Lebih dari itu, Kurikulum Berbasis Cinta juga menekankan pentingnya integrasi kurikulum. Prof. Nur Syam menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, dan agama tidak boleh diajarkan secara terpisah. Sebaliknya, semua elemen tersebut harus saling melengkapi untuk membentuk pemahaman yang holistik dan menyeluruh. Dengan pendekatan ini, peserta didik akan tumbuh cerdas secara intelektual, kuat secara karakter, dan sadar secara spiritual.


Kegiatan ini tidak boleh hanya berhenti pada tataran konsep. Prof. Nur Syam berpesan bahwa implementasi KBC memerlukan langkah konkret. Para guru harus mendapatkan pelatihan, tutorial, hingga praktik nyata agar mampu to know, to understand, and to practice. Setiap guru harus dapat memahami, mempraktikkan, dan menghidupkan KBC. Dengan begitu, Kurikulum Berbasis Cinta bisa benar-benar hidup di ruang kelas, di tengah keluarga, bahkan di masyarakat luas. Ini adalah komitmen untuk memastikan bahwa KBC benar-benar terinternalisasi dalam proses belajar mengajar.


Antusiasme peserta terasa sepanjang acara. Di akhir kegiatan, seluruh pihak berfoto bersama, sebagai penanda komitmen kolektif untuk menghadirkan pendidikan berbasis cinta. Dengan semangat ini, Kemenag Gresik bertekad mewujudkan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki karakter luhur dan jiwa yang berlandaskan cinta. [MTH]

No comments:

Post a Comment